top of page
Search

Banyak Kerjaan? Ini Cara Analisa Beban Kerja


"Jangan pesimis dulu, Headhunter akan membantumu menganalisa!"

Merasa terlalu banyak kerjaan? Apa kabar, para jobseeker dan karyawan pembaca setia Kessler? Gak kerasa tahun baru sudah berlalu dan kita harus kerja lagi. Tapi biar kerja dari rumah atau work from home, terkadang beban kerja kita terasa terlalu banyak.


Mungkin ini masalah perasaan? Atau sesuatu? Biar gak ambigu, yuk coba kita periksa pakai cara analisa beban kerja!

 

Cara Analisa Beban Kerja


Apa Itu Analisa Beban Kerja?

Analisa beban kerja itu apa, sih? Analisa beban kerja adalah proses menghitung beban kerja suatu posisi di perusahaan, mulai dari level skill sampai jumlah orang yang dibutuhkan untuk mengerjakannya.


Contoh sederhananya, anggaplah perusahaan itu organisasi kecil seperti koperasi. Perlu berapa orang untuk menghitung uang? Berapa orang yang melayani konsumen? Apa perlu satpam? Berapa?


Untuk HRD yang merekrut sejumlah tenaga kerja baru dari fresh graduate juga begitu. Minimal perlu pendidikan tingkat apa untuk posisi ini? Apa perlu pengalaman? Apa perlu tinggi dan berat badan tertentu?


Semua perhitungan ini dimasukkan dalam rencana awal perusahaan sebelum memulai proses kerja. Untuk perusahaan besar, analisa beban kerja ini dilakukan ke tiap divisi perusahaan, termasuk perusahaan cabang, sampai bagian terkecil.


Prosesnya panjang dan memerlukan pengetahuan administrasi memadai, tapi semua mungkin dengan jumlah orang yang cukup!



Tahapan Analisa Beban Kerja

Satu hal yang patut diperhatikan dari analisa beban kerja ini, adalah keputusan tidak boleh dari satu orang saja (boss atau CEO perusahaan, misalnya), karena kecenderungan muncul bias dan favoritisme sangat tinggi.


Proses analisa beban kerja dilakukan secara bertahap dalam rapat yang diikuti banyak orang dengan memakai berbagai metode. Proses dan jumlah orang yang terlibat akan berbeda tergantung cara yang dipilih. Akan dijelaskan satu-persatu di sini…


1. Metode Wawancara

Ini metode yang paling sederhana dan tidak perlu terlalu banyak orang. Dengan saling bertanya soal kebutuhan perusahaan dan fungsi masing-masing posisi, perusahaan bisa menetapkan jumlah serta skill karyawan yang dibutuhkan.


Walau tentunya berbeda untuk tiap perusahaan, contoh sederhananya seperti ini:


“Perlu berapa orang akuntan?”

“Melihat jumlah klien kita, minimal butuh 4 orang.”

“Kita akan dapat klien baru dalam waktu beberapa bulan ke depan, jadi sebaiknya 5 atau 6 orang.”

“Jumlah komputer, meja, dan kursi tidak mencukupi, jadi sebaiknya tambahkan itu juga.”

“Apa tidak ada yang lain? Baik, kita pekerjakan 6 orang akuntan. Pesan 2 set meja, kursi, dan komputer untuk menutupi kekurangan.”


Intinya, musyawarah sederhana untuk mencapai keputusan! Tentu, ini bukan hal yang mudah. Kalau ada terlalu banyak orang atau suara beberapa orang terlalu dominan, malah cekcok dan buang waktu.


2. Metode Wawancara

Mirip seperti cara pertama, tapi dilakukan ke setiap individu karyawan. Walau jawabannya bisa lebih detil, akan memakan waktu untuk mengumpulkan semuanya.


3. Metode Pengamatan Langsung

Metode pertama tadi sebenarnya punya satu kekurangan lagi: semuanya teori.


Tidak ada yang tahu apa itu akan berjalan lancar tanpa penhalaman sebelumnya, jadi metode yang sebaliknya ini ada: pengamatan langsung!


Caranya berlawanan: langsung memulai proses kerja dan melakukan pengamatan. Apa kurang alat? Apa kurang personel? Apa orang untuk divisi ini terlalu banyak?


Dengan cara ini, segala kekurangan bisa segera diketahui dan diperbaiki. Hanya saja ini memakan banyak biaya, jadi waspadalah.

 

Sekian metode analisis kerja! Pendekatan tadi bisa lebih spesifik lagi dari tujuan secara organisasi atau individu, tapi itu akan dibahas di lain kesempatan.


Cari kerja gak perlu sendiri! Kessler Executive Search siap membantumu membangun karir kapan saja!


48 views0 comments

コメント


bottom of page